PEMISAHAN ALUMINIUM DARI ZEOLIT ALAM SUMBAWA SEBAGAI BAHAN BAKU SINTESIS ɣ-Al2O3
Aluminium
oksida atau alumina dengan rumus kimia Al2O3
digunakan sangat luas di bidang teknologi dan industri sebagai katalis,
adsorben, biomaterial, komposit, dan logam ringan (P.Tartaj et al, 2002). Alumina memiliki beberapa
struktur seperti fasa α-, ɣ-, ƞ-, δ-, θ-, κ-, dan χ-, (Digne et al, 2002; Wang et al, 2008). Masing – masing fasa tersebut mempunyai sifat fisis
yang berbeda dan diantara struktur transisi tersebut fasa ɣ- Al2O3
merupakan material yang paling luas digunakan sebagai substrat katalis dalam
otomotif dan industri petroleum, komposit 1ctahedral untuk pesawat luar
angkasa, serta pelapis tahan panas (Thermal
wear coatings) (Wang et al,
2008). Hal ini disebabkan karena ɣ- Al2O3
memiliki struktur kubik yang higroskopis dan larut dalam asam, sedangkan α-Al2O3
memiliki struktur 1ctahedral seperti corundum/sapphire yang sangat keras karena
memiliki sifat kesetabilan yang sangat tinggi sehingga tidak mudah larut dalam
asam (Partington, 1961).
ZEOLIT ALAM SUMBAWA
Istilah zeolit atau zeolit berasal dari dua suku kata yaitu
“Zein” yang artinya membuih dan “Lithos” artinya batu, sehingga dikenal dengan
batuan berbuih. Zeolit merupakan suatu kelompok mineral yang dihasilkan dari
proses hidrotermal pada batuan beku basa. Mineral ini sering ditemukan dengan
mengisi celah – celah bebatuan. Selain itu zeolit juga merupakan endapan dari
aktivitas volkanik yang banyak mengandung unsur silika.
Aluminium Oksida
Aluminium
oksida (alumina; Al2O3) memiliki kelebihan diantaranya ketahanan pada suhu tinggi dan
ketahanan terhadap korosi. Hal ini mendukung alumina digunakan pada bidang yang
sangat luas sebagai bata tahan api dan material abrasif. Dalam dunia industri,
lebih dari 45 juta ton alumina diproduksi di dunia, yang umumnya dimanufaktur
dengan metode Bayer menggunakan bauksit, dan sekitar 40 juta ton diolah menjadi
aluminum murni (K.Nakano, 2001), sehingga lebih dari 5 juta ton Al3O3
diproduksi sebagai material yang bermutu tinggi dan digunakan dalam beberapa
aplikasi seperti biomaterial, katalis, stasiun luar angkasa dan perhiasan (kidney jewelry).
Berdasarkan
perbedaan struktur kristal, alumina di bagi menjadi 7 jenis atau formasi yaitu alpha (α), chi (χ), eta (η), kappa (κ), delta (δ), gamma (γ), dan
theta
(θ). Fasa γ-alumina memiliki
energi permukaan yang lebih kecil dibandingkan dengan α-alumina, sehingga
banyak peneliti dengan mudah mendapatkan fasa tersebut. Gambar 2.3 menunjukkan
pengaruh suhu terhadap transformasi fasa pada material alumina (K.Wefers dan
C.Misra., 1987). Transformasi fasa pada alumina disebabkan oleh suhu yang
tinggi diatas 300 oC dimulai dari pergerakan dan perpindahan atom membentuk struktur
atau fasa baru. Disisi lain, panjang pendek waktu yang diperlukan untuk
kalsinasi sangat mempengaruhi fasa alumina yang terbentuk, seperti yang
dilakukan oleh Yusheng Wu et al, 2015
dan Yacob et al, 2015 memvariasikan
waktu kalsinasi 1,2,3,4,5 jam. 4 jam merupakan waktu optimal untuk membentuk
fasa γ-alumina.
Sintesis Alumina
Sintesis
alumina hanya dapat dilakukan dengan metode Hidrometalurgi. Hidrometalurgi
merupakan proses pemisahan logam atau senyawa dengan bantuan pelarut. Dalam
proses hidrometalurgi terdapat beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihan
dari proses hidrometalurgi adalah peralatan yang dibutuhkan relatif sederhana
dan murah, cocok untuk bijih dengan kandungan logam rendah, tingkat ekstraksi
ataupun sintesis yang tinggi. Sedangkan kekurangan proses hidrometalurgi adalah
banyak jenis material yang tidak cocok dengan metode ini sehingga tidak
bereaksi saat proses pelindihan dan dapat mencemari lingkungan.
Pada
proses pelindihan (Leaching) terdapat
persyaratan yang harus dipenuhi oleh larutan seperti, bijih mineral harus cukup
banyak terlarut dalam larutan namun mineral pengotornya tidak boleh larut,
harus murah dan bisa diterapkan dalam kuantitas besar dan jika mungkin larutan
dapat diregenerasi. Proses hidrometalurgi dalam melakukan ekstraksi atau
sintesis dapat digunakan dua metode, seperti :
1.
Metode asam
2.
Metode basa.
Diperlukan
juga beberapa karakterisasi atau pengujian untuk menguji dan membandingkan
teori-teori yang digunakan dengan hasil penelitian. Penelitian ini menggunakan
beberapa metode karakterisasi diantaranya :
1.
XRD,
2.
XRF
3.
SEM, dan
4.
FTIR.
Comments
Post a Comment